Pemerintah dalam hal ini Direktorat
Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (Ditjen EBTKE KESDM) bekerjasama dengan Bank
Dunia (World Bank) meluncurkan program kompor tungku sehat hemat energi
(THSE)/Clean Stove Initiative (CSI).
Peluncuran dilakukan oleh Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana di Gedung Ditjen EBTKE, Kamis, 14 Agustus 2014.
Dalam kesempatan tersebut, dia
mengatakan saat ini terdapat 24, juta rumah tangga yang menggunakan
kompor tungku konvensional. "Program ini secara bertahap, akan
memperkenalkan tungku sehat dan hemat energi berbahan bakar biomassa
kepada 24,5 juta keluarga atau 40 persen rumah tangga di Indonesia yang
masih menggunakan tungku tradisional,"kata dia.
Akibat dari masih digunakannya tungku
konvensional ini, sambung dia, menyebabkan kematian dini sebanyak 165
ribu jiwa karena menghirup udara (asap) di dalam rumah, akibat asap
beracun yang ditimbulkan dari kegiatan memasak di dapur.
"Melihat kondisi ini, kami menggandeng
bank dunia merancang program ini, dengan pendanaan dari bank dunia
sebesar US$490.000 dimana US$190.000 untuk pengembangan sumber daya
manusia disalurkan melalui BRI dan US$300.000 hibah kepada Ditjen EBTKE
untuk penguatan kelembagaan dan orang untuk pengembangan program
ini,"tutur Rida.
Namun, kata dia, program ini baru akan
menyasar pada 10.000-20.000 kepala keluarga dimana sebagai pilot project
akan digunakan di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta dengan harga
kompor Rp250.000-Rp300.000 per unit. "Jadi pekerjaan rumah kita masih
banyak,"tegas Rida.
Pada kesempatan yang sama, Acting Country Director World Bank Indonesia George Raya menjelaskan program CSI
termasuk agenda penting untuk masyarakat miskin di dunia. "Untuk
mengurangi kemiskinan, kami berbagi untuk kesejahteraan
masyarakat,"katanya.
Menurut dia, penggunaan tungku
konvensional semakin hari dampaknya semakin mencemaskan terhadap
kesehatan terbukti semakin meningkat jumlah kematian dini akibat polusi
asap. "Kami mendukung upaya Pemerintah untuk memastikan bahwa semua
orang Indonesia memiliki akses memasak bersih tanpa polusi pada tahun
2030, peningkatan kesehatan jutaan masyarakat Indonesia akan mengurangi
biaya pemeliharaan kesehatan dan risiko menjadi miskin juga akan
berkurang,"tandas dia.
Head of Custodian and Trust Services
BRI Nazwar Nawawi mengungkapkan pihaknya memberikan pelayanan untuk
program ini. "Untuk mensupport transaksi ini tentu kami dibackup
infrastruktur memadai dengan network luas di 980 unit kerja dari head
office sampai layanan teras, dari ibukota hingga desa,"pungkasnya.
Program ini akan melengkapi usaha
Pemerintah lainnya yakni program konversi minyak tanah ke elpiji sebagai
bahan bakar memasak utama. Namun, banyak masyarakat perdesaan yang
masih menggunakan kayu bakar karena keterbatasan jangkauan program
konversi elpiji ini. Saat ini isu penggunaan energi fosil yang tidak
ramah lingkungan dan perubahan iklim sudah menjadi perhatian bersama.
Inisiatif tungku sehat dan hemat energi
ini, merekomendasikan penggunaan dengan pendekatan Pendanaan Berbasis
Hasil (PBH) untuk mempromosikan tungku yang sehat dan hemat energi.
Skema insentif yang inovatif ini diharapkan mampu mengembangkan pasar
tungku sehat dan hemat energi secara berkelanjutan.
Akhir-akhir ini isu tentang penggunaan bahan bakar yang berasal dari
energi terbarukan semakin kencang. Penggunaan bahan bakar non fosil
menjadi harapan masa mendatang. Salah satunya adalah penggunaan wood
pellet untuk bahan bakar rumah tangga. Setelah keberhasilan pemerintahan
SBY mengkonversi minyak tanah menjadi gas, sekarang ada peluang bagus
untuk menggunakan kompor wood pellet dengan bahan bakar berasal dari
biomassa baik sampah biomassa maupun biomassa dari tanaman yang sengaja
ditanam sebagai tanaman energi. Wood pellet sangat ekonomis dan membantu
program mitigasi perubahan iklim. Penggunaan wood pellet pada
hakekatnya menjalankan siklus karbon netral dengan level emisi nol.
Jika
kita bandingkan wood pellet dengan gas LPG tabung melon bersubsidi 3 kg
maka masih lebih ekonomis wood pellet. Jika tinjauannya waktu,
penggunaan gas LPG 3 kg akan habis selama 7 jam efektif, artinya biaya
perjamnya Rp 2.850 (harga per tabung melon Rp 20.000). Sedangkan wood
pellet, dengan jumlah 0,5 kg wood pellet, kompor bisa tetap menyala
selama 1 jam, artinya biaya perjamnya kurang dari Rp.750,-. Namun jika
ditinjau dari nilai kalorinya, gas LPG menghasilkan 11.000 kcal/kg
sedangkan wood pellet hanya menghasilkan 4.700 kcal per kg. Artinya
energi wood pellet perlu dikalikan 2,34 kali gas LPG. Dengan standard
harga yang sama seperti contoh di atas, maka penggunaan wood pellet per
kg akan berbiaya Rp 1.500 x 2,3 = Rp 3.510. Jika biaya LPG per kg adalah
Rp. 6.600,- maka kita masih bisa berhemat Rp.3.156,- atau sekitar 47%.
Jika dibandingkan dari sisi kepraktisan memang kompor wood pellet akan
kalah dengan kompor gas yang tinggal klik langsung nyala. Namun untuk
penggunaan memasak dalam jangka waktu lama, penggunaan wood pellet patut
dipertimbangkan. Gambar berikut adalah percobaan penggunaan kompor wood
pellet untuk memasak oleh keluarga Tursiono di Purworejo, Jawa Tengah.
Ini sebetulnya pancingan buat pemerintah terutama Kementerian ESDM
untuk bisa memasyarakatkan kompor ini dengan skala yang luas. Kita bisa
sediakan kompor yang satu paket dengan wood pelletnya. Jika bisa
bekerjasama dengan retailer-retailer kecil seperti minimart
(indomart,alfamart, SB, dll) dan supermarket, maka tidak mustahil
penggunaan kompor wood pellet bisa mengindonesia karena murah, aman, dan
ramah lingkungan. Bahan baku wood pellet yang berasal dari biomassa
bisa menjadi pemicu masyarakat untuk gemar menanam atau penyedia solusi
daur ulang sampah kayu dan ranting yang biasa nangkring di pintu-pintu
air di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Gambar berikut adalah contoh
sampah kayu yang selalu ngendon di pintu sungai
Jika kita atau Pemda bisa bangun pabrik wood pellet yang bisa
memanfaatkan sampah kayu dan biomassa ini, tentu akan memberikan solusi
yang menguntungkan. Membersihkan sampah sekaligus menangguk rupiah.
Kompor Pelet Biomasa
JUAL KOMPOR PELET, KOMPOR KAYU, PELET BIOMASA SECARA ONLINE SERTA MELAYANI RESELLER
KOMPOR DENGAN BAHAN BAKAR PELET HARGA RP 200.000,- ,
KOMPOR PLAT BESI BAHAN BAKAR POTONGAN SERPIHAN SERBUK KAYU KERING, LIMBAH PLASTIK DSB HARGA RP 180.000,-
PELET SEBAGAI BAHAN BAKAR KOMPOR, HARGA PER BUNGKUS ISI 2 KG RP 10.000,-
Harga gas elpiji akan terus naik, cepat atau lambat.
Kenaikan harga gas elpiji selalu disertai dengan kelangkaan dan pasokan yang terlambat.
Orang yang cerdas harus mensiasati kondisi ini dengan alternatif cara masak.
Tungku Amarta salah satu pilihan tepat.
Tungku ini menggunakan bahan bakar berupa pellet kayu atau pecahan tempurung kelapa.
500 gr pellet kayu atau tempurung kelapa untuk menyalakan api selama 30 menit.
Pellet kayu berbahan baku serbuk gergaji, cacahan kayu, maupun sekam padi.
Telah terbukti masakan yang dimasak dengan tungku ini memiliki citarasa yang lebih enak,terutama masakan tradisional.
Clean Stove Initiative Indonesia atau Inisiatif TSHE Indonesia merupakan kerja sama antara Kementerian ESDM dengan Bank Dunia yang menggunakan pendekatan terpadu untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk mengembangkan TSHE.
Tujuan program ini adalah untuk menciptakan akses pada Tungku Sehat Hemat Energi Indonesia.
Spesifikasi Kompor BIomassa UB Pellet
Bahan : Logam stainless stell, tahan karat
Ukuran : 28 cm x 28 cm x 36 cm
Berat kompor tanpa paking : 3.76
Bahan Bakar : pellet kayu, cacahan kayu kecil 5-10cm, cacahan batok kelapa
MINAT HUBUNGI
IRFA' DAROJAT
JL SOEKARNO HATTA GG 3 NO 3 RT 3 RW 1 KEL JOSENAN KEC TAMAN KOTA MADIUN
WA 08887031556, HP 081311166846
KLIK WWW.KOMPORPELETBIOMASA.BLOGSPOT.CO.ID
https://youtu.be/9X2UYxSb0TY
Wacana bahan bakar Minyak BIOSEL :Proses membuat air laut menjadi bahan bakar1. Air laut diendapkan dahulu2. kemudian disuling dengan alat penyulingan berukuran 0,1 mikron (plankton net).3. Air laut sulingan itu akan menghasilkan minyak sel4. menjadi biodiesel yang berasal dari biota-biota yang hidup di laut
Pemanfaatan energi alternatif berupa air laut diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap BBM di masa mendatang, apalagi BBM merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan akan habis seiring perkembangan zaman.